Minggu, 01 Desember 2013

MAKALAH BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.

Berfikir kreatif adalah cara-cara baru yang non konvensionil untuk menemukan dan menggali ide baru yang berguna.makalah ini memberikan penjelasan dan pedoman singkat mengenai cara berfikir tersebut, berserta contoh-contoh yang menarik dari kehidupan yang nyata.

Berfikir Kreatif  bukanlah suatu yang baru. Ahli-ahli fikir kreatif telah ada ribuan tahun yang lalu, mungkin jauh sebelum menusia menemukan api dan roda.Para ahli fikir tersebut memberdayakan akal pikirannya dan kemampuan kreatifitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Maka dari itu bukan tidak mungkin bagi kita untuk memaksimalkan kemampuan kreatifitas kita sehingga menghasilkan prestasi.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif maka tidak akan mampu mengolah menilai dan megambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif adalah merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.


B.            Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian berpikir kritis dan berpikir kreatif?
2.      Bagaimana ciri-ciri dari berfikir kritis dan berpikir kreatif?
3.      Apa perbedaan berpkir kritis dan berpikir kratif?
4.      Apa manfaat berpikir kritis dan berpikir kreatif?

C.           Tujuan
1.      Mengetahui pengertian berpikir kritis dan berpkir kratif
2.      Mengetahui cirri-ciri berpikir kritis dan berpkir kreatif
3.      Mengetahui perbedaan berpikir kritis dan berpikir kreatif
4.      Mengetahui manfaat berpikir kritis dan berpikir kreatif




















BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
Dalam mendefiniskan soal berpikir ini terdapat adanya beberapa macam pendapat, di antaranya ada yang menganggap berpikir sebagai suatu proses asosiasi saja, ada pula yang memandang berpikir sebagai proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons, ada yang mengemukakan bahwa berpikir itu merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa berpikir merupakan kegiatan kognitif tingkat tinggi (higher level cohnitive), sering pula dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan aktivitas psikis yang intensional.

Berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau konsepsi-konsepsi yang diarahkan kepada suatu pemecahan masalah. Jika melihat arti berpikir seperti ini maka dapat dipahami bahwa pengertian ini merujuk berdasarkan hasi berpikir dan tujuan berpikir. Jika diuraikan adalah sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN4yF7vjI73L0S0k3ex2D9-tGOJKFy7TvkrpqkGUcER7nNC25UeXlGSSuiJmMFz2rn604Gd2FlwXF-xVsU5F5Lm-qdYNRvDLRW1dhyphenhyphen573Ki-J-BSyjfPMMxH3KOhoh4kfLnoD4TXjBPsg/s320/Capture1.PNG
Penulis mendefenisikan berpikir adalah suatu proses pencarian gagasan, ide-ide, dan konsep yang diarahkan untuk pemecahan masalah. Dikatakan sebagai proses karena sebelum berpikir kita tidak mempunyai gagasan maupun ide, dan sewaktu berpikir itulah ide bisa datang sehingga melahirkan berbagai pemikiran, diantaranya adalah pemikiran kreatif.

Berpikir juga dapat diartikan dengan bertanya tentang sesuatu, karena disaat kita berpikir yang ada diotak kita adalah berbagai pertanyaan analisa diantaranya adalah: apa, mengapa, kenapa, bagaimana, dan dimana. 

1.      Berpikir kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan  atau strategi kognitif dalam   menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir  kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,  mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.



2.      Berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1) sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah, (2) mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4) cenderung menatap dunia secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut, (5) biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan. Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang harus: (1) bekerja di ujung kompetensi bukan ditengahnya, (2) tinjau ulang ide, (3) melakukan sesuatu karena dorongan internela dan bukan karena dorongan eksternal, (4) pola pikir divergen/ menyebar, (5) pola pikir lateral/imajinatif.

Berfikir Kreatif adalah menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Dalam kenyataan teknik modern timbul semboyan yang menarik (jargon) atau istilah khas yang menjadi bahasa golongan tertentu. Begitu pula tak terkecuali Berfikir Kreatif yang memiliki empat kata khas yaitu imajinatif. Tidak dapat diramalkan. Divergen dan lateral.

Definisi Berfikir Kreatif yang diberikan dalam Bab ini adalah menghubungkan ide atau hal-hal sebelumnya tidak berhubungan. Definisi ini memerlukan pejajaran fakta dalam pikiran kita. Apabila fakta itu digabungkan maka terlihatlah hubungan menyeluruh yang baru dan dapatlah ditemukan sesuatu. Sejarah ilmu pengetahuan memberikan banyak contoh penemuan baru semacam itu. Fakta telah diketahui sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu dan menunggu seseorang untuk menunjukkan hubungan antara fakta tersebut.



Sebagai contoh :
Perjalanan bulan dan pasang surut permukaan air laut telah diketahui sejak zaman purbakala.tetapi baru abad ke-17 astronom Keppler menghubungkan dua fakta yang nampaknya tidak saling berhubungan dan “menemukan” bahwa bulan mempengaruhi pasang surut air laut.

B.            Ciri-ciri Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
1.      Ciri-ciri berpikir kritis
a.       menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan
b.      bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
c.       dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
d.      berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
e.       bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan yang bertalian  dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
f.       kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur atau tidak berlaku adil.
g.      adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
h.      keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan mengakibatkan hal yang sebaliknya

Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:
a.        Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: "Dapatkah permasalahan yang rumit dirinci sampai tuntas?"; "Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang lain?"; "Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!". Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.

Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: "Apa yang harus dikerjakan pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?" Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, "Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?".

b.      Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui pertanyaan: "Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?"; "Bagaimana cara mengecek kebenarannya?"; "Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?" Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, "Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon".

c.        Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah pernyataan. "Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?"; "Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?". Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya "Aming sangat berat" (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)

d.      Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: "Bagaimana menghubungkan pernyataan atau respon dengan pertanyaan?"; "Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang permasalahan?". Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.

e.       Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal (kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat ungkapan, "Katakan tidak". Ungkapan tersebut biasa digunakan para remaja dalam rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam.

f.       Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini. Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon pernyataan yang dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah pernyataan tersebut menurut... Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.


g.      Logic (logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan konsep yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.

2.      Ciri-ciri berpikir kreatif
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi terhadap orang-orang yang berpikir kreatif telah menghasilkan beberapa kriteria atau ciri-ciri orang yang kreatif.

Menurut Denny dan Davis (1982) dalam penelitian terhadap para penulis dan arsitek yang kreatif melalui identifikasi oleh anggota profesi mereka menghasilkan bahwa orang yang mempunyai kreatifitas yang tinggi itu cenderung memiliki ciri-ciri : fleksibel, tidak konvensional, eksentrik (aneh), bersemangat, bebas, berpusat pada diri sendiri, bekerja keras, berdedikasi dan inteligen.

Woolfolk dan Nicolich (1984) menjelaskan bahwa orang yang berpikir kreatif menunjukkan ciri-ciri adanya sikap kreativitas dalam arti luas, termasuk tujuannya, nilainya, serta sejumlah sifat kepribadian yang mendukung orang untuk berpikir bebas, fleksibel, dan imajinatif.

Menurut Mc. Kinnon (Yellon, 1977), orang-orang yang kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Memandang dirinya berbeda dan lebih sering melukiskan dari mereka sebagai berdaya cipta, tak tergantung, bersifat individualis.
b.       Lebih terbuka dalam pengalaman dan perasaan.
c.        Secara relatif tidak tertarik pada detail kecil, tetapi lebih tertarik pada arti dan implikasi, memiliki fleksibel kognitif, ketrampilan verbal, berminat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bertindak tepat, mempunyai keingintahuan intelektual yang besar.
d.       Lebih tertarik secara mendalam menyerap pengalaman daripada mempertimbangkan.
e.        Lebih bersifat intuitif.

Mulyono Gandadipura (1983) merangkum hasil penelitian para ahli terhadap orang-orang yang ahli berbagai bidang, antara lain : penulis, seniman, arsitek, ahli matematik, peneliti, menyimpulkan bahwa orang-orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Bebas dalam berpikir dan bertindak.
b.       Tidak menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian).
c.        Tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila yakin bahwa pendapatnya benar.
d.       Kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis.
e.        Mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional).
f.        Mengakui hal-hal yang rumit dan baru.
g.        Mengakui humor dan memiliki good sense of humor.
h.       Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis.

Sedangkan S.C. Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi yaitu :
a.       Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.
b.       Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
c.        Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
d.       Bebas dalam menyatakan pendapat.
e.        Menonjol dalam salah satu bidang seni.
f.        Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.
g.        Tidak mudah terpengaruh orang lain.
h.       Daya imajinasi kuat.
i.         Memiliki tingkat orisionalitas yang tinggi.
j.         Dapat bekerja sendiri.
k.       Senang mencoba hal-hal yang baru.

Guilford, ahli yang banyak berkecimpung dalam penelitian penelitian tentang inteligensi menjelaskan kemampuan orang yang kreatif melalui beberapa ciri :
a.       Adanya kelancaran, kesigapan, dan kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
b.       Adanya fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah.
c.        Adanya keaslian, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang asli.
d.       Adanya pengembangan, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail dan terinci.
e.        Adanya perumusan kembali, yaitu kemampuan untuk merumuskan pengertian dengan cara dan dari sudut pandang yang berbeda.

Dengan memperhatikan beberapa pendapat dan hasil penelitian para ahli penelitian tersebut tentang ciri-ciri yang memiliki kemampuan berpikir kreatif, nampak bahwa perbedaan itu timbul karena adanya perbedaan subyek yang menjadi sasaran penelitiannya sehingga ciri-ciri yang cukup menonjol sebagai ciri pokok berpikir kreatif yaitu :
a.       Ciri kelancaran (fluency)
b.       Ciri fleksibelitas (flekxibility)
c.        Ciri keaslian (organilaty)

Kelancaran adalah dapat menghasilkan banyak ide atau konsep yang relevan dengan masalah yang dipecahkan dalam waktu yang singkat. Fleksibilitas (keluwesan) menunjukkan bahwa individu dapat memunculkan hal-hal baru yang unik atau tidak biasa. Jadi indivdu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif adalah individu yang dapat menghasilkan ide-ide baru yang berbeda dan asli.

C.           Perbedaan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
Klasifikasi Huitt’s (1992) tentang teknik pemecahan masalah:
         Berpikir kritis—linier dan berseri (berurutan), lebih terstruktur, lebih rasional dan analitik, lebih berorientasi kepada tujuan
         Berpikir kreatif—holistik dan paralel, lebih intuitif (bisikan kalbu) dan emosional, lebih kreatif, lebih visual, dan lebih taktual/ kinestetik
Klasifikasi Springer & Deutsch’s (1993) tentang dominasi lateralisasi otak:
         Berpikir otak kiri--analitik, berseri, logis, objektif
         Berpikir otak kanan--global, paralel, emosional, subjektif
Antara Berpikir Kreatif dan Berpikir Kritis
http://anazdesign.files.wordpress.com/2012/03/your-creative.jpg?w=455&h=254
Berpikir kritis melibatkan pemikiran logis dan penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan, klasifikasi, pengurutan, penyebab / efek, pola, Jalinan, analogi, penalaran deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, hipotesa, dan mengkritisi.
Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli, melibatkan keterampilan fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran asosiatif, daftar atribut, berpikir metaforis, serta hubungan yang kuat. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang keingintahuan dan mempromosikan perbedaan.
Berpikir kritis dapat dianggap lebih berpikir menggunakan otak kiri sedangkan kreatif lebih banyak menggunakan otak kanan, kedua hal ini terlibat dalam proses “berpikir.” Ketika kita berbicara tentang HOTS “higher-order thinking skills” yaitu “Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ” kita berkonsentrasi pada tiga tingkat atas Taksonomi Bloom: analisis, sintesis, dan evaluasi.

Tabel 1: Perbandingan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif.
No
Berpikir Kritis
Berpikir Kreatif
1
Analitis
Mencipta
2
Mengumpulkan
Meluaskan
3
Hirarkis
Bercabang
4
Peluang
Kemungkinan
5
Memutuskan
Menggunakan keputusan
6
Memusat
Menyebar
7
Obyektif
Subyektif
8
Menjawab
Sebuah jawaban
9
Otak kiri
Otak kanan
10
Kata-kata
Gambaran
11
Sejajar
Hubungan
12
Masuk Akal
Kekayaan, kebaruan
13
Ya, akan tetapi….
Ya, dan ………




D.           Manfaat Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
1.      Manfaat berpikir kritis
Arief Achmad, 2009, menyatakan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.

Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam dalam berpikir kritis, kita bisa menilai bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia keluarkan, kita juga dengan tidak gampangnya menyerap setiap informasi tanpa memikirkan terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan. Bayangkan! Jika kita semua terbentuk dengan kebiasaan ini, bisa dipastikan akan muncul kreatifitas yang baru dan kita bisa terus menerus mengalami pertumbuhan yang lebih baik di setiap aspek dari bidang yang sedang kita tekuni.

Dengan berpikir kritis maka seseorang:
a.       Terhindar dari berbagai upaya penipuan, manipulasi, pembodohan, dan penyesatan.
b.      Selalu fokus pada suatu hal yang sebenarnya.
c.       Hidup dalam dunia nyata daripada dunia fantasi.
d.      Terhindar dari berbagai kesalahan, seperti membuang waktu, uang, dan melibatkan emosi dalam kepercayaan atau ajaran atau dogma atau ideologi yang salah dan menyesatkan.
e.       Selalu terlibat dalam perziarahan kemanusiaan yang menarik dan menantang dalam upaya memahami diri sendiri dan dunia di mana kita berada.
f.       Selalu mampu memberikan sumbangsih kemanusiaan yang nyata dan bermanfaat demi menemukan dan mengedepankan kebenaran yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan akal sehat.
g.      Mampu menyaring semua informasi yang diperoleh dari semua sumber.
h.      Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam hal menjelaskan dan berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta mampu meyakinkan orang lain yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan kebijaksanaan.
2.      Manfaat berpikir kreatif
Berpikir kreatif erat kaitannya dengan memunculkan alternatif-alternatif. Dengan berpikir kreatif kita tidak hanya terpaku dengan satu alternative saja. Dengan berpikir kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi dimasa depannya. 

Berpikir kreatif juga memudahkan kita untuk melihat, dan bahkan menciptakan peluang yang menunjang keberhasilan kita. Seringkali alasan seseorang tidak bertindak adalah karena tidak ada peluang. Padahal sesungguhnya peluang selalu ada didepan kita. Tinggal apakah kita jeli melihatnya atau tidak. Bahkan kalaupun peluang itu memang tidak ada, kita dapat menciptakan peluang asal kita mau berpikir kreatif.



















BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
1.      Berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau konsepsi-konsepsi yang diarahkan kepada suatu pemecahan masalah
2.      Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
3.      Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan
4.      Ciri-ciri berpikir kritis
·         menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan
·         bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
·         dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
5.      Berpikir kritis melibatkan pemikiran logis dan penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan, klasifikasi, pengurutan, penyebab / efek, pola, Jalinan, analogi, penalaran deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, hipotesa, dan mengkritisi
6.      Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli, melibatkan keterampilan fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran asosiatif, daftar atribut, berpikir metaforis, serta hubungan yang kuat. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang keingintahuan dan mempromosikan perbedaan.
7.      Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
8.      Dengan berpikir kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi dimasa depannya. 



B.            Saran
Di dalam menyelesaikan masalah apapun itu, mengambil keputusan atau ingin mencari ide baru, maka hal  yang harus dilakukan pertama kali adalah berpikir. Dan berpikir itulah yang akan membuat masalah anda terselesaikan, akan tetapi tidak terbatas pada pikiran sendiri, kita bisa meminta pendapat orang lain untuk mengembangkannya.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia.

















DAFTAR PUSTAKA

Sambas, Syukriadi, Mantik Kaidah Berpikir Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Ralingson J.G, 1997, Berfikir Kreatif dan Brain Storming, Jakarta : Erlangga

Izzati, N. (2009),Berpikir Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkannya Pada Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Bandung 19 Desember 2009, hal. 49-60





2 komentar: